tepak tilu (klik tanda play untuk memulai lagu)

Rabu, 29 Juni 2011

Sejarah Silat dan Perannya sebagai Alat Perjuangan Bangsa ( 2 )

Pada masa kolonialisme pengajaran silat di awasi dengan ketat karena di anggap membahayakan keberadaan penjajah kala itu, intelegen sangat memperhatikan siapa saja yang bisa silat dan mengajarkan silat kepada masyarakat dianggap membahayakan dan di jebloskan kepenjara. Ini sangat berpengaruh pada pola pengajaran pencak silat, sehingga pengajaran silat beladiri mulai sembunyi sembunyi dan biasanya di ajarkan dalam kelompok kecil dari rumah ke rumah pada malam hari.
Belanda juga memanfaatkan para jawara dan ahli silat yang mau bekerja sama dengan belanda untuk menjadi opas dan centeng guna menjaga kepentingan para meneer dan tuan tanah kala itu, sehingga tidak jarang terjadi pertikaian dan pertempuran antara para jawara silat ini dengan para pendekar pembela rakyat jelata. Kisah pitung menjadi satu legenda yang terkenal di masyarakat Betawi karena keberaniannya melawan para jawara dan kompeni guna membantu rakyat yang lemah.
Karena pengawasan sosial ini pulalah, maka mulailah di kembangkan silat seni dan ibingan, guna menutupi kesan silat sebagai beladiri, Atraksi ibingan silat ini sangat terkenal dan di tunggu tunggu oleh masyarakat. Orang bisa melihat atraksi silat di upacara perkawinan atau khitanan bahkan pasar malam tanpa di ganggu oleh pihak keamanan pada saat itu karena di anggap sebagai hiburan.
Disinilah mulai di kenal istilah silat kembagan (atau kembang) yang biasanya di tujukan pada silat ibingan dan silat buah yang di tujukan pada silat sebagai beladiri.

Kesadaran Nasionalisme

Dimulai dengan adanya kesadaran politik baru pada awal abad XX dan kebijaksanaan belanda yaitu Etische politiek, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat lewat berbagai program khususnya pendidikan, Peningkatan peranan desa dan di bentuknya polisi desa. Memilik pengaruh pada pola pengajaran silat pada masa itu, silat sudah mulai di ajarkan di sekolah sekolah dasar (desascholen), bahkan kalangan yang dekat dengan belanda seperti priyayi, amtenaren, KNIL bahkan marechausse pasukan khusus Belanda kala itu.
Berjalan dengan timbulnya rasa nasionalisme, maka timbul pula pertetangan di kalangan para pengajar pencak silat (perguruan) pada saat itu tentang siapakah yang berhak mempelajari silat ini. Bolehkah silat di ajarkan pada kaum bangsawan, amtenaren atau hanya untuk bumi putra? Kesadaran akan nasionalisme ini semakin menguat ketika pada tahun 1915 di buka kesempatan untuk mendirikan organisasi politik bagi kalangan bumi putra, pengajaran silat menjadi salah satu materi yang diajarkan di setiap organisasi ini. Seperti pada perkembangan awal Syarikat Islam di daerah Jawa yang diikuti oleh berdirinya persaudaraan Setya Hati oleh Ki Ngabehi Surodiwiryo yang menyebabkan Belanda sangat mengawasi perkembangan perguruan ini karena memiliki pengikut dan murid yang banyak sekali. Ki Ngabehi Surodiwiryo ini melatih para murid MULO yang pada akhirnya banyak yang menjadi tokoh nasionalis.
Termasuk juga mantan Presiden Sukarno yang Tercatat pernah belajar silat kepada Ua Nampon di Bandung, ini menunjukkan betapa silat sangat berperan dalam meningkatkan rasa kepercayaan diri dan keberanian dalam membela kebenaran.

Masa Penjajaran Jepang

Pada masa penjajahan jepang mulanya menghawatirkan silat di gunakan untuk melawan jepang, namun ternyata tidak di semua tempat terjadi perlawanan terhadap Jepang (sang saudara tua). Akibatnya silat berkembang cukup baik di beberapa daerah bahkan pemerintah jepang yang pada saat itu selain membawa budaya beladirinya ke tanah air seperti karate, judo dan jujitsu. Mereka belajar silat dari para pendekar kita sehingga terjadi pertukaran budaya. Tentara PETA (pemuda pembela tanah air) di ajarkan beladiri Jepang guna berperang melawan Sekutu. Silat mengalami masa militerisasi karena menjadi bagian dari pendidikan militer. Pengajaran silat dilakukan kepada tentara Dai Nippon dan pasukan peta dengan disiplin militer yang sangat ketat.

Masa perjuangan kemerdekaan

Silat menjadi bagian yang tidak bisa di pisahkan dalam perang fisik melawan Sekutu dan Jepang, Sebagai salah satu contoh adalah hasil pendidikan PETA yang dienyam oleh I Gusti Ngurah Rai selama pendidikan di Jawa Barat yang kemudian di ajarkan secara sembunyi - sembunyi kepada pasukannya, pendidikan silat ini sangat berpengaruh dalam perjuangan bahkan pada bentuk silat khas Bali. Silat Bali sekarang banyak di pengaruhi oleh aliran silat dari Jawa Barat.
Pasukan Hisbullah yang di bentuk di pesantren Buntet Cirebon selain mendapatkan pelatihan yang berat selama Pendidikan PETA, para tokoh ulama dan jawara pergabung dalam pasukan ini guna melawan penjajahan Belanda. Pasukan Hisbullah yang di kenal dengan pasukan Hizbullah Resimen XII Divisi I Syarif Hidayat ikut juga bertempur pada tanggal 10 November di Surabaya, dan berperan serta aktif ketika terjadi gencatan senjata dalam perjanjian Renville.

Penutup

Demikian sekilas tentang perkembangan silat dan kaitannya dalam perjuangan bangsa, masih banyak lagi peranan silat dalam membangkitkan semangat juang para pejuang dan pendekar dalam membela kemerdekaan bangsa ini semasa revolusi fisik dulu. Mudah mudahan tulisan ini membangkitkan rasa nasionalisme dan kecintaan pada budaya tanah air khususnya silat yang merupakan warisan luhur dari budaya bangsa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar